Kamis, 22 Januari 2009

Bee Story

Dikisahkan bahwa sekitar dua puluh dua tahun silam lahirlah seorang gadis mungil yang dinamai "Bee" oleh kedua orang tuanya. Bee lahir dalam sebuah keluarga kecil nan sederhana, yang hanya terdiri atas seorang Ayah, seorang Ibu, dan seorang Kakak laki-laki. Mereka tinggal dalam sebuah rumah bata sederhana yang baru dibangun seperempat bagiannya saja dari keseluruhan areal yang ditempati. Sebuah rumah mungil bagi keluarga muda yang belum genap satu dekade mengarungi bahtera rumah tangga. Sesekali Nenek dari sang Ayah tinggal pula bersama mereka. Belum lagi, adik-adik dari pihak Ayah yang juga turut tinggal dan menetap bersama mereka dalam rumah mungil itu menjadikannya kian sesak oleh manusia. Bee lahir dan tumbuh dalam kesederhanaan yang mungkin memang hanya seperti itulah penghidupan yang mampu dimiliki oleh keluarganya pada masa itu.
Masa kanak-kanak Bee habiskan dalam aneka kisah penuh canda sekaligus pilu. Bee kecil senang sekali bermain bersama teman-temannya yang sebagian besar dari mereka adalah kaum adam. Setiap kali bermain bersama, dalam permainan apa pun, Bee kecil senantiasa dijadikan anak bawang. Ya, anak bawang! Tubuhnya yang mungil merengkil (bhs Jawa: saking kecilnya, red.) membuatnya selalu tampak paling pantas diberi hak istimewa sebagai anak bawang. Anak bawang yang tidak akan bertugas jaga jika disentuh oleh pemain utama. Anak bawang yang tidak akan mati sekalipun ia telat menyadari perannya atau kalah dalam permainan. Anak bawang yang lebih tepatnya nggak ikutan main juga nggak ngaruh (kesian bener..). Anak bawang yang tidak dianggap peran sertanya dalam permainan, hanya sekedar pemain tambahan supaya lebih ramai dan sekaligus menjaga suasana guna mencegah pecahnya tangis dahsyat yang membahana, yang ujung-ujungnya berpotensi mengakhiri permainan itu sendiri karena orang tua (ataupun bibi asuh) ikutan nimbrung dan nggrusuhi (bhs Jawa: bikin rusuh, red.). Tapi, yah... segala bentuk perlakuan itu tak mengurangi esensi kebahagiaan dan keceriaan Bee saat bermain bersama kawan-kawannya. Ibarat merintis karier...she started from below... mungkin dengan jadi anak bawang, besok-besok menjadi tunas bawang, berakar, bertumbuh, dan menghasilkan bawang-bawang lain di dalam sana. (Ingat: bawang itu umbi akar, tidak tumbuh ke atas!) Toh, Bee tidak jadi anak bawang sendirian, maka dari itu Bee sangat menikmati peran marjinalnya tersebut.
Pulang ke rumah sebelum Magrib adalah keharusan. Namun, hilang tanpa berita pada jam-jam tersebut merupakan sebuah tradisi atau malah kebiasaan yang selalu berulang. Bee selalu menganggap Magrib sebagai detik-detik paling suram dalam hidupnya. Bukan hanya sekedar ia sering ditakut-takuti bahwa pada jam-jam tersebut setan-setan ke luar dari persembunyiannya setelah sepanjang siang tidur pulas, manakala genderuwo akan terbang di langit untuk mengambil anak-anak kecil yang masih berkeliaran di luar rumah; melainkan juga karena pada detik-detik tersebut, jika ia belum sampai di rumah, maka sang Ibu akan berteriak-teriak memanggil namanya, mencarinya di seantero gang-gang antariksa di seputaran tempat tinggalnya, dan setelah mendapatkan anaknya itu, sang Ibu akan langsung menyeretnya pulang ke rumah. Apabila tidak menurut, maka tangan kanan sang Ibu sudah bersiap membentuk menyerupai capit kepiting dan dimulailah momen penyiksaan yang ditujukan untuk membentuk pribadi pinurut pinutuh wong tuo (bhs Jawa: nurut dan patuh kepada orang tua, red.). Bukan dengan cambuk besi atopun seblak (bhs Jawa: sapu lidi, red) atopun alat penggebuk kasur, cukup mainkan jari tangan Anda saja! Ahaa! *qo kayak iklan sabun colek produksi tahun 80-an* Penyiksaan kecil-kecilan yang meninggalkan bekas memar biru kecil-kecil yang berkumpul di areal paha atas dan berangsur-angsur menghilang seiring bertambahnya usia Bee itu pun terjadi berulang kali. Sayangnya, saat itu belum tercetus ide penyusunan UU KDRT (Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga) atopun ribut-ribut mengenai pentingnya pengakomodasian hak anak, jadi ya... Bee kecil tidak bisa menuntut Ibunya dan meminta perlindungan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) atas setiap cetotan (bhs Jawa: cubitan, red.) sang Ibunda. Dan sialnya, Bee sering sekali pulang terlambat saat Magrib tiba. Entah masih main di sawah, lah... main sepeda sampai ke komplek tetangga, lah... nongkrong di pos ronda yang reyot, lah... asyik nusuk-nusukin perut ikan cetol betina yang sedang bunting di pinggir selokan, lah... ato malah belagak jadi superhero yang sedang menyelamatkan bumi dari serangan monster jahat, yang dengan penuh semangat mengayuh sepeda kesayangannya menerobos sisa genangan air hujan, hingga terciptalah cipratan air comberan yang wow, big splash! Saking dahsyatnya cipratan comberan tersebut, sehingga apabila sang Mama menyaksikannya maka ia akan semakin naik pitam terhadap putri kecilnya yang naudzubillah tomboy parah, keras kepala, dan buandel (bhs Jawa: saking bandelnya,red.). Ya..ya..ya.. ini baru sebagian kisah si Kecil Bee. Seorang anak gadis yang aktif, enerjik, tomboy, meski pemalu dan ceriwis luar biasa.
Bee kecil tidak pernah menyangka bahwa ia lahir sebagai individu dengan imajinasi berlebihan. Sejak usia dini, ia senang sekali menciptakan bayangannya sendiri tentang kehidupan cinta yang diidamkannya. Dan hal ini terjadi secara alami, mungkin tanpa diketahui kedua orang tuanya, juga anggota keluarga yang lain, bahwa Bee kecil sudah menulis cerita cinta kacangan yang kisah romantisnya selalu berakhir tragis sejak SD. *bayangkan!* Eits.. eits... ini nggak berarti Bee kecil matang sebelum waktunya, melainkan bawaan orok yang sulit ditepis oleh gadis kecil yang baru memasuki dekade pertama hidupnya. Setidaknya Bee kecil tidak mengikuti jejak Agnes Monica yang berperan sebagai Dini dalam sinetron “Pernikahan Dini” yang booming sekali masa itu. Bee masih ingat dengan jelas betapa orang tuanya melarang ia nonton sinetron dan film India. Pada masa itu, film-film India masih dirajai oleh Kapten Kaphoor (ada yang tau cara nulisnya?), Sharukh Khan dan Kajol belum main bareng dalam Kuch Kuch Hota Hai (bhs. India yg arti dlm bhs Ind: “Sesuatu Sedang Terjadi Dalam Hatiku”). Dan hanya stasiun TPI-lah yang rajin memutarkan film-film tersebut.
Imajinasi Bee kecil dituangkan dalam puisi-puisi karnyanya sejak usia dini. Mulai dari puisi sekedar tugas sekolah, ataupun puisi kacangan setiap kali habis dimarahi Ibunya, berantem dengan Kakak laki-lakinya, rebutan Barbie dengan dua sahabat ajaibnya, dikejar anjing Bu Tanaya, dan juga dianterin satpam SD pulang ke rumah. Di manakah puisi-puisi itu kini? Bee sendiri mungkin sudah melenyapkannya, atau lebih tepatnya disembunyikan di suatu tempat tertentu yang sudah bisa dipastikan Bee pun lupa. Mungkinkah imajinasi ini tumbuh berlebihan karena sang Ayah melarangnya main Nintendo (permainan yang sedang ‘in’ masa itu)? Sepertinya, sich, larangan sang Ayah ini tidak berhubungan dengan keliaran imajinasi Bee. *Bee-nya yang lebay, sok disambung-sambungkeun (bhs. Sunda: dibuat nyambung secara paksa, red.)* Mau tau kenapa? karena larangan main Nintendo – lebih tepatnya, sang Ayah tidak pernah mengizinkan membeli perangkat mainan tersebut – merupakan ekspresi nasionalisme sang Ayah yang selalu berkata: “Nintendo, Sega, dan semua permainan itu alat imperialis Jepang! Kamu bisa jadi bodoh! Jika kamu bodoh, kamu akan mudah dijajah. Kamu mau dijajah..jah..jah..jah..?” *ceritanya menggema* Biasanya setelah mendengar petuah semacam ini Bee kecil dan sang Kakak hanya mampu mingkem (bhs. Jawa: menutup mulut rapat, red.) dan melengos pergi (bhs. Jawa: membalik badan, red.).
Kelas 6 SD, Bee sudah nulis surat cinta. Hahaha...surat cinta kapiran yang ditujukan kepada seorang anak cowok kelas 3 SMP yang tinggal pada blok pertama sebelah kiri saat memasuki gang menuju rumah Bee. Yup! Rumah pertama di sebelah kiri. Pada masa itu, si Cowok jadi idola di antara anak-anak cewek sepermainan Bee. Bee yang jarang main sejak kelas 5 SD menjadi makhluk asing yang nggak ter-update dengan rumor-rumor tersebut. Bee hanya sesekali melihat si Ganteng main bola... sesekali berpapasan setiap pulang sekolah... dan berulang kali mengintipnya dari balik jendela kamar saat si Ganteng manggil anak-anak cowok di seputaran rumahnya yang akan diajak main bola. Hingga tibalah suatu masa di mana Bee menjadi demikian dekat dengan salah seorang kerabat perempuan dari cowok ganteng itu – kita sebut si Cowo dengan M – dan inilah awal dari kisah cinta Bee kecil dan M. Dari kerabat perempuan tadi – sebut saja Na – Bee memperoleh informasi bahwa M suka dengan Bee kecil sejak lama. Dan olalala... seperti gayung bersambut, setiap kali Bee jalan kaki menuju rumah sepulang sekolah, M selalu tersenyum manis. Dan anehnya, sejak saat itu, setiap Bee kecil pulang sekolah *bagian ini agak dilebih-lebihkan dari aslinya*, M sudah ada di depan gang untuk berlatih bola sendirian di sana *gerakkannya meniru pemain bola profesional di salah satu iklan soft drink bertaraf int’l*. Lalu, saat M melihat Bee lewat, ia akan berhenti memainkan bolanya sejenak dan memberikan senyuman termanisnya. Oh, God! How this love was so wonderful for Bee. Kejadian-kejadian inilah yang memicu Bee kecil nekat nulis surat cinta pertamanya untuk M. Bee khawatir M akan pergi meninggalkannya tanpa pesan, tanpa kesan... mengingat saat itu masa kontrak rumah M akan segera habis dan M sekeluarga akan kembali k Palangkaraya. Ditemani lantunan lagu “Tenda Biru” Dessy Ratnasari yang sedang tren, ditulisnyalah surat cinta anak monyet itu... (masih terlalu kecil jadinya “cinta *anak* monyet). Kaset Dessy Ratnasari yang sejatinya hendak Bee berikan kepada M *usut punya usut M senang dengan lagu tersebut* malah disimpan Bee sebagai kenang-kenangan. Entah apa reaksi M saat membaca surat cinta Bee masih menjadi misteri dan tanya hingga kini. Terkadang Bee masih berharap suatu waktu ia akan bertemu lagi dengan M. Bee tak punya fotonya... tak tau alamatnya... tak hafal nama lengkapnya... tak pernah ditinggali alamat emailnya, sehingga Bee kesulitan menemukan dia di Facebook ataupun Friendster (ya,iya,lah...)
Terlepas dari daya imajinasinya yang berlebihan, Bee kecil itu anak yang pemalu luar biasa. Dia mungkin tidak pernah menyangka jika hari ini ia malah menjadi gadis *nyaris* dewasa yang malu-maluin buangedh! Bee selalu grogi tiap kali diminta maju ke depan untuk tes nyanyi, apalagi membacakan puisi dan sejenisnya. Persiapan yang telah dilakukan secara maksimal di rumah menjadi tidak optimal sama sekali. Bahkan, lagu daerah “Buka Pintu” yang temponya bersemangat, malah Bee nyanyikan dengan tempo lambat layaknya menyanyikan lagu “Saat Terakhir”-nya ST 12 yang akhir-akhir ini sering diputar oleh acara musik DAHSYAT ataupun INBOX. Duh, Bee ngrusak lagu bener... Meski suaranya pas-pasan Bee aktif dalam koor (paduan suara/ choir group) sekolahnya sejak kelas 4 SD. Tugas koor saat hari raya Paskah, seringnya Jumat Agung, merupakan momen paling membanggakan bagi Bee. Why? Karena Bee selalu bisa merasa tampil lebih cantik tiap kali mengenakan rok kotak-kotak ungu seragam sekolahnya setiap Jumat itu, hahaha... mau keliatan cantik ajah nunggu setaon sekali, hanya untuk 1-2 jam pula. *so tired, deh, Bee...*

____________________________________________________________________


Tanpa terasa satu dekade telah bergulir... Melaju dengan cepatnya sejak tahun kesebelas saat cerita di atas dihentikan. Bee kecil sudah tumbuh semakin besar. Layaknya tunas muda yang terus bertumbuh menjadi tunas dewasa, demikian halnya dengan Bee kini. Tingginya tunas dewasa mungkin tak setinggi badannya. Lebatnya daun-daun muda di sepanjang rantingnya mungkin tak selebat rambut di kepalanya *melainkan selebat bulu-bulu halus di tangan dan kakinya*. Rampingnya cabang-cabang yang terus tumbuh di sekujur dahannya tak juga seramping lebar tubuhnya. Tapi bukan Bee namanya jika ia tidak memiliki kekhasan anak bawang yang sudah dibawanya sejak kecil, yakni pendek... buled... mungil... imyut... kiyut... manis... ngegemesin... (Dah! Dah! Mulai maksa).
Bee... Bee... Bee is Me!
Dan di blog ini, Kamu.. Eloh.. Ente.. Yey.. Koe.. Sampeyan.. Manehna.. hanya akan dikenalkan pada sosok Bee masa kini. Lupakan segala tulisan yang pernah dibuatnya di blog pertama Bee di Friendster. Hanya di sini, di blog barunya http://birgittaisme.blogspot.com dan http://b12gittapu3.multiply.com, kalian akan dibawa mengenal dunia Bee yang baru. Bee who is willing to be more than an ordinary girl, who grows up to be an extraordinary woman. Yang dimaksud dengan ‘ekstraordinari’ di sini bukan berarti Bee bisa makan mie ayam pangsit rebus kesukaannya sembari khayang... apalagi head-stand, hand-stand, Einstein (eh..eh..kebablasan) karena sejak SMP track record senam lantai Bee bobrok abis. Yah.., kita kesampingkan masa lalu Bee guna menatap masa depannya! Seperti pepatah kegemaran Bee: “...hiduplah dalam semangat kekinian dengan terang dari masa lalu dan harapan akan masa depan...”
Bee berterima kasih kepada segenap individu yang mengiringi langkah hidupnya hingga saat ini. Apalah artinya hidup tanpa kalian semua... tanpa naungan kasih sayang, teguran, peringatan, senyuman hangat, amarah yang meluap, tawa yang meledak, tangis yang meyeruak, persahabatan yang mendamaikan, percintaan yang berdinamika, serta nuansa kekeluarga yang senantiasa menjadi daya dan energi kesejatian hidup di dunia.
Terima kasih karena telah mengingatkan Bee yang sepanjang tahun 2008 terkesan HBL (Haus Belaian Lelaki), karena putus-sambung-jadian-putus dan pe.de.ka.te kecil-kecilan dalam rentang waktu singkat dengan sejumlah pria. Tahun 2009, Bee akan lebih berhati-hati dengan tidak mudah jatuh hati dan tidak lagi terobsesi mengejar SPMB: Sosok Pria Maunya Bunda *lihat di blog multiply-ku* selayaknya pertengahan tahun 2008 lalu. Bee juga akan berusaha keluar dari pusat diri sendiri dan memperhatikan sekeliling. Bee akan mencoba lebih giat menabung, nggak boros dan nggak jajanan, juga perlahan-lahan mengikis kesan kosmopolitan, terlalu royal, congkak, sombong, egois *ayo, apalagi? apalagi?* Bee juga ingin sekali tidak khawatiran, tidak sentimentil berlebihan, tidak harga diri-ism, dan tidak menjaga jarak *rada bingung dengan yang satu ini, maksute opo, Ndu?*. Lalu, mulai berpikir secara sederhana dengan nggak ngeribetin hal-hal sepele, nggak ngeribetin urusan penampilan, urusan diet, berusaha lebih membuka diri untuk kompromi dalam perkara sederhana (ndak keras kepala lagi), mulai mengontrol obsesi dalam target-targetnya guna mengikis kesan perfeksionis yang selama ini dilekatkan padanya.
“Newly Bee” juga diharapkan lebih berpikir positif dengan mensyukuri apa yang sudah melekat pada tubuhnya. Yeah! Love your body, Girls! (para cewek wajib meneriakkan ini dalam hati masing-masing). Yang pasti... segala sisi negatif Bee di tahun 2008 *seperti sebagian yang disebutkan di atas* akan mampu teratasi: hanya jika Bee sendiri mau dan mampu membuka diri terhadap segala masukan yang datang kepadanya, dengan menunjukkan sikap tidak menentang saran-saran tersebut sekalipun Bee kadangkala merasa yakin bahwa argumen yang diajukannya (dan apa yang telah diperbuatnya) sudah benar adanya dan mengikuti prosedur.
Wah, banyak juga kritikan yang masuk untuk Bee, ya?! Mungkin akhir tahun 2009 nanti Bee perlu membuka PO BOX supaya kritikan, saran, harapan yang Bee terima lebih banyak lagi. Inget, loh...: “Segala sms permintaan kritik saran yang kamu terima, Bee kirim langsung dari hape.nya!” (dihh...iklan!)
Sehubungan dengan kritikan-kritikan di atas tadi, secara pribadi, Bee pun telah berjanji pada dirinya untuk memenuhi resolusi tahun 2009: “The Newly BEEginning!” Resolusi ini tidak lantas membuat Bee menjadi pribadi baru yang asing bagi orang-orang sekitarnya qo. Tenang saja... Bee akan tetap berusaha menjadi sosok yang menyenangkan... yang senantiasa hadir untuk memeriahkan, mencerahkan, dan menggemparkan dunia dengan ke-ceph-annya. Mungkin Bee malah akan meningkatkan kualitas ‘ceph’nya menjadi lebih intelek... melatih bakat ‘given’ yang dimilikinya ini agar tidak kalah dengan Bapak Bambang Purwanto (Dosen HI UMY, alumi HI UGM) yang lucu buangedh dan senantiasa menyegarkan suasana seminar dengan celetukan-celetukan jayuznya. Yah! Kejayuzan kadang kala menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang, dan itulah yang Bee lihat dari sosok penghibur sejati. Sebut saja, Bambang Purwanto tadi... lalu Djaduk Ferianto, lalu Kelik ‘Republik Mimpi’, dan orang-orang lain yang lewat kata-katanya mampu mencerahkan hari yang suram menjadi berwarna ceria *termasuk juga salah satunya Babe gue*. Mereka yang lontaran kata-katanya kadangkala tidak terprediksi oleh orang lain. Celetukan-celetukan mereka yang tidak disangka-sangka akan mampu disambung-saambungkan. Sesuatu yang terjadi secara alami... mengalir bak aliran air anak sungai dan mengalun bak perdu nan syhadu. Kejayusan, kecerdasan, dan wawasan... itulah tiga hal yang Bee lihat sebagai sesuatu yang menarik. Mungkin sekilas, disebut ‘jayuz’ itu hina dan menjadi olok-olok *curhat buu..* tapi cobalah bertanya pada diri kalian sendiri – wahai orang-orang yang lebih aman dirinya disebut ‘tidak jayuz’ – manakah yang lebih menyenangkan: tertawa bersama dalam kejayusan hingga berkuranglah separuh beban hidupmu ataukah bergeming dalam ketegangan tanpa orang jayuz? Sulit menjawabnya, bukan??? *hehehe*

Ya... ya... apapun perdebatan yang muncul setelah kalian membaca tulisan ini, Bee hendak menyimpulkan bahwa Bee akan selalu mengusahakan yang terbaik. Ibarat program antivirus yang senantiasa minta di-update, demikian halnya dengan kehidupan yang Bee jalani kini. Ja...di...kalo kamu-kamu pengen tauuuu... ajah segala seluk beluk hari-hari Bee, stay tune terus ajah di blog ini. Caw!

0 komentar: