Kamis, 19 Februari 2009

Whatever You THINK, think the OPPOSITE

Judul barusan Bee ambil dr judul salah satu buku yg pernah iseng Bee baca di Gramedia Amplaz. Sayangnya lupa nama pengarang dan penerbitnya. Entah kenapa secara tiba-tiba keinget judul buku tersebut gara-gara Kerbau Kayu dan Kelinci Api yang menggerakkan Bee untuk berbagi pikiran.

Kenapa Kerbau Kayu dan Kelinci Api? Yaaa.., seorang teman di facebook baru saja memberi informasi bahwa Kerbau Kayu tidak cocok dengan Kelinci Api karena kayunya akan hangus dibakar oleh api. Mungkin Kamu bisa saja berkomentar: "hari gene...masih kepikiran soal shio?" Eitss, eitss, tahan dulu argumen ngototmu. Kalau Kamu berada di posisi yang tidak terlalu percaya akan ramalan shio, yuk mari bergabung dengan Bee dan Kita cari rumusannya.

Dengan merujuk pada buku "Whatever You Think, Think The Opposite", jelas Bee memiliki pandangan yang kurang selaras dengan argumen bahwa "kayu" tidak cocok dengan "api". Memang benar bahwa kayu bisa terbakar oleh api. Pelajaran Fisika ataupun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan semasa SMP dan SD pun telah menceritakan proses alam tersebut. Tapi, apakah sampai di situ saja? Bahwa kayu akan hangus terbakar api dan selesailah sudah. Lalu, bagaimana dengan "air" dan "api" ? Air akan memadamkan api itu dianggap hal yang baik oleh sejumlah ramalan shio. Tapi, apakah iya sebaik itu? Setelah api padam oleh air, habislah sudah energinya. Bagaimana dengan "logam" dan "api" ? Lalu, "tanah" dan "api" ? dan seterusnya................

Kayu dan Api akan tetap menjadi dirinya sendiri dan tidak memberi manfaat bagi yang lain saat keduanya tetap bertahan pada wujudnya. Kayu harus hangus terbakar oleh api agar suku-suku pedalaman bisa memasak bahan-bahan yang diperoleh dari alam untuk mereka makan. Kayu harus hangus terbakar oleh api sehingga bisa menghasilkan energi untuk memasak dan mungkin juga pembangkit listrik. Ingatkah Kamu akan batu bara? Batu bara merupakan salah satu jenis bahan bakar yang banyak digunakan oleh negara-negara Eropa semasa Revolusi Industri dulu. Ingatkah Kamu akan bahan dasar batu bara? *Tiba-tiba Bee teringat salah satu hafalan tentang batu bara semasa SD dulu* Batu bara terbentuk dari fosil tumbuh-tumbuhan yang tertimbun selama berjuta-juta tahun lamanya. Sebagai bahan bakar, batu bara mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Oleh karena batu bara merupakan fosil tumbuhan, maka sudah pasti terdapat unsur kayu di dalamnya. Kemudian, saat unsur kayu ini bertemu dengan unsur api dari tempat yang berbeda, maka jadilah mereka satu dan menghasilkan energi yang lebih besar.

Bee pun jadi ingat perkataan Sang Guru tentang biji atau benih. Ketika sebuah benih ditaburkan ke tanah, maka benih itu akan mati atau hancur sebelum akhirnya ia menghasilkan benih-benih baru. Kemudian, Bee pun teringat akan proses pengambilan getah karet. Bukankah batang karet itu harus dilukai terlebih dahulu agar getahnya ke luar, lalu diolah menjadi beraneka produk karet? Apa artinya? Artinya, luka dan pengorbanan itu tidak lepas dari upaya menghasilkan sesuatu hal yang lebih. Lebih besar... lebih banyak... mungkin juga lebih dahsyat. Lalu, apa hubungannya dengan kayu?

Perjalanan zaman telah membuat kayu-kayu pada masa purbakala tertimbun di dalam tanah selama berjuta-juta tahun lamanya. Timbunan ini membentuk apa yang kita sebuh fosil tumbuhan yang tak lain menyerupai batu bara tadi. Bedanya, fosil cenderung diawetkan sebagai temuan, guna memperkaya studi keilmuan. Sementara itu, batu bara dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Nah, kayu yang ada di dalam batu bara ini sudah lapuk.. sudah hancur.. tidak segagah dan sekokoh saat dirinya masih berdiri dengan angkuhnya di dalam hutan sana bersama kawanannya. Hingga tiba masanya, sebagian dari dirinya *dalam kemasan briket batu bara* terbakar bersama api. Elemen kayu dan api yang melebur bersama ini menghasilkan energi yang mampu menggerakkan kereta-kereta baja milik bangsa Eropa tempo dulu. Kebayang, kan betapa beratnya kereta-kereta baja tersebut dibandingkan bobot kayu itu sendiri...

See?
Kayu bisa hangus terbakar api, tapi keduanya tidak terbatas saling menghancurkan semata.

Bagaimana jika peristiwa yang menyisakan pandangan 'pesimis' tersebut (hancur/musnah/sirna) diganti dengan sebuah istilah yang lebih optimis, yakni "kolaborasi"? Kayu berkolaborasi dengan api. Keduanya merupakan partner yang sepadan dalam berkarya. Peleburan di antara keduanya menciptakan suatu daya yang semula tidak ada. Keduanya bertahan bersama dan lenyap bersama pula. Cobalah amati kayu yang terbakar di dalam api unggun yang Kamu buat... Bukankah saat kayu habis, maka lama-kelamaan api akan turut padam jua..?

Kayu dan api yang semula terpisah... lalu bertemu... pada akhirnya sirna di saat yang hampir bersamaan. Jadi, buat Kamu yang berkecil hati karena (mungkin) pasangan kamu berasal dari elemen yang berbeda... ambillah sikap hening dan berpikirlah sekali lagi. Tidak selamanya apa yang orang bilang berpotensi menghancurkan akan menghancurkanmu juga...



Suatu hal manis Bee temukan dalam larik puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul "Aku Ingin":

" Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu..."

See?
Ada cinta di sana...
Antara api dan kayu...
Yang membuat kayu rela menjadi "abu"


Kehancuran dan kemusnahan itu (yang seringkali disebutkan dalam beraneka ramalan seputar shio) tidak melulu berhenti sampai di situ. Bukankah hidup ini berkelanjutan?

Akan selalu ada episode setelah 'kemarin' yaitu 'hari ini', dan akan selalu ada harapan akan hari 'esok' setelah saat ini. Berpikirlah dari sisi yang lain.. yang berbeda.. yang berlawanan.. selama pikiranmu itu menyelamatkan (bukan sekedar menyesatkan).

Semangat!!

0 komentar: