Kamis, 19 Februari 2009

Sales and Promotion Skill Since Childhood

Tulisan ini berawal dari rasa haus yang mendera selama perjalanan dari Atmajaya Mrican sepulang les Mandarin. Hoahhh...haus tenan! Sayangnya rasa haus ini harus ditahan sedemikian lamanya karena Bee mampir Sagan terlebih dahulu, membeli gudeg telur-tahu untuk santap malam (penting, gak, sich, Kamu tau?). Mari sama-sama membayangkan rute perjalanan Bee: Mrican - Sagan - areal lingkar luar kampus UGM - hingga tiba di Jalan Kaliurang. Apa yang Bee cari di Jalan Kaliurang? Jelaslah penghapus dahaga... tapi, bukan setip (alias penghapus pensil dari karet). Seperti biasa, Bee masuk ke salah satu kios di sebelah barat jalan. Kios yang hanya bertuliskan sebuah huruf "K" yang diberi lingkaran dengan warna dasar putih dan garis tegas yang ditebalkan dengan warna merah. Kios inilah yang membawa Bee sedikit kembali ke masa lalu, sedikitttt... saja.

Lemari pendingin itu mengingatkan Bee pada Ibu. Ibu nya Bee tentunya. Bukan berarti bahwa Bee ini lahir dari kandungan pinguin yang identik dengan "yang dingin-dingin" (seperti iklan AC di TV), melainkan karena sebuah minuman yang baru saja Bee ambil dari dalamnya. Teh Kotak dengan 50% Ekstra Gratis!!! Wealahhh... ini bukan promosi, tapi sekedar tiba-tiba mendapat inspirasi. Teh Kotak "Teh Melati" ini diproduksi oleh PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING CO., Tbk di Bandung. (Tiba-tiba tulisan "Tbk." mengingatkan Bee pada informasi Bapak tentang pengenalan saham saat masih kecil dulu. Informasi yang diperoleh sebagai jawaban atas pertanyaan Bee saat masih SD: "Kenapa, sich, PT.Telkom ada "Tbk."-nya, Pak..? *mentang-mentang anaknya pegawai - istilah favorit Bapak, mengalahkan 'karyawan' - Telkom gitu*)

Lalu, apa hubungannya dengan 'teringat Simbok'?

Ini dia ceritanya.

Hampir dua dekade berjalan sejak Bee pertama kali meneguk nikmatnya teh kotak. Anggap saja, saat itu Bee berumur 4 tahun, usia TK (bukan Taman Kawak-kawak yo!). Entah mengapa, sejak masih balita dulu, Ibu hanya mengizinkan Bee minum teh kotak sebagai jenis minum ringan yang dibeli sebagai jajanan legal. Softdrink itu baru benar-benar beli sendiri saat sudah SD, mungkin di atas kelas 3 SD, sudah agak lebih besar, badannya. Ibu selalu membelikan teh yang sama. Paling banter, bedanya adalah teh kotak dan teh botol (sosro). Itu-itu saja yang selalu boleh dibeli, berdampingan dengan agar-agar bergambar panda, wafer bergambar superman, dan sesekali chiki bergambar anak ayam berwajah ceria. Bahkan, saat pulang sekolah dijemput Om pun (ih, kecil-kecil udah pulang sama Om) jajanan yang boleh dibeli adalah item yang sama yang dibeli di tempat yang sama pula. Pada masa itu supermarket Pakally di Jalan Merdeka - Bogor terkenal lengkap, meski sekarang toko ini semakin sepi pengunjung akibat maraknya Giant dan beraneka pusat perbelanjaan lainnya. Mengingat demikian panjang dan lamanya kisah yang telah Bee(terutama Ibu Bee) ukir bersama teh kotak, maka Bee tergerak membuat tulisan ini.

Tanpa kita sadari kadangkala kebiasaan membentuk kecintaan seseorang pada 'brand' tertentu. Seperti apa yang terjadi pada Bee. Bagi Bee, yang telah dibiasakan oleh Ibu sejak kecil, nggak ada teh yang nikmatnya melebihi teh kotak. Bahkan, teh botol (sosro) yang diklaim sebagai sahabat bagi makanan apapun masih kalah nikmat, apalagi jenis minum teh lainnya yang semakin marak diproduksi. Sudah beberapa minggu ini, Bee selalu menyempatkan diri mampir ke kios manapun yang telah Bee 'titeni' (bhs.Jawa, red) menjual teh kotak. Mulai dari teh kotak yang isinya ekstra 50% ataupun yang kemasannya berbentuk 'pounch' (ini favoritk Bee karena praktis saat dibuang, sayangnya kurang ramah lingkungan karena kemasannya berrbahan dasar plastik). Teh kotak seakan-akan menjadi teman bermain dan belajar. Yah.., sedikit mengobati kerinduan Bee akan hari-hari bersama BOBO (majalah dengan slogan: teman bermain dan belajar "Be-O Be-O, BOBO" *hapal!!*). Teh kotak hadir setiap kali Bee merindukan sentuhan kesegarannya. Ibulah yang menciptakan kecintaan akan merk tersebut. Andaikan sejak kecil Ibu sudah mengenalkan "Jack's Daniel", tidak menutup kemungkinan minuman tersebut yang akan menjadi sahabat sejati Bee di masa kini. Hohoho, lebay!

Perjalanan selama hampir dua puluh tahun telah membuat Bee menyadari betapa Ibu adalah sales terbaik yang secara nggak langsung menguntungkan produsen tertentu. Dengan sikapnya yang membiasakan anak-anaknya membeli produk tertentu, peran Ibu sebagai 'aktor' promosi dan pemasaran tidak bisa dianggap sepele. Ini baru kisah Bee yang dibiasakan jajan teh kotak. Bee berarti juga Kakak Bee yang telah mengalami masa kanak-kanak enam tahun lebih awal. Bee dan Kakak Bee, kami, pun akhirnya terbiasa memilihkan teh kotak sebagai minuman keluarga saat dalam perjalanan. Celetukan seperti: "Ibu sama Bapak dibelikan minum apa, ya, Mas?" atau mungkin "Put, Ibu sama Bapak dibelikan minum apa, nich?" sudah pasti akan langsung dipilihkan teh kotak, disertai dengan komentar: "..teh kotak ajah, lah! nggak neko-neko.." ataupun "..teh kotak ajah, seperti biasa." See? Dari Ibu turun ke anak-anak. Sekali lagi, ini baru produk minuman ringan. Bagaimana dengan pasta gigi? sabun cuci piring? deterjen? sabun mandi? shampoo? biskuit 'tradisi keluarga'? Ataukah malah bisa jadi merambah sampai ke pilihan make-up, dokter gigi langganan? tukang pijit andalan? gudeg, soto, bakso, serta beraneka tempat jualan makan yang diberi embel-embel 'keluarga' menjadi "soto keluarga" dan sebagainya.

Kebiasaan Ibu ini akan turun lagi ke generasi berikutnya. Percaya atau tidak? Hanya waktu dan kesempatan memiliki generasi selanjutnya adalah jawabnya. Kalau mungkin di antara kita ada yang memilih hidup selibat, kebiasaan ini bisa jadi ditularkan kepada orang lain. Yah, minimal bisa dimulai dengan mempengaruhi adik-adik kecil nan lugu. hehehe..

Akhirnya, teh kotak membawa Bee menulis kisah ni. "Sales and Promotion Skill since Childhood" merupakan hasil tangkapan Bee akan peristiwa sederhana yang terjadi dalam hidup. Peristiwa yang telah membiasa yang mengingatkan Bee betapa kemampuan 'menjual' dan 'mempromosikan' sesuatu produk bisa jadi telah dipelajari sejak usia dini. Kita tidak membuka buku untuk belajar hal ini sewaktu masih kanak-kanak. Namun, kita mencontoh kebiasaan yang diwariskan oleh Ibu.

Untuk kesekian kalinya, kisah ini baru dari Bee. Bee rasa Kamu pun memiliki kisah serupa yang bisa jadi lebih menarik dan mengesankan. Bee nantikan kisahmu pada kolom komentar.

Terima kasih sudah membaca.

0 komentar: